Ayu Utami: “Kenapa Agama Tak Membuat Orang Lebih Baik?”

Bilangan FuPerempuan ini melihat moralitas berlebihan, bahkan sampai ke soal bahasa. Karena itu, novelnya ingin mendobrak tiga hal: seks, kegilaan, dan agama.

Ayu Utami, novelis yang sudah menelurkan tiga novel tersebut menemukan benang merah itu pada tiga novelnya. “Ternyata, tulisanku selalu bicara tentang tiga hal itu. Seks, kegilaan, dan agama.” Ayu, Rabu (5/8) siang, ada SCTV. Dia datang atas undangan Klub Buku dan Film SCTV, yang ingin mendengar dari Ayu sendiri, soal pikiran, renungan, dan proses kreatif ketiga novelnya.

Saman, yang diluncurkan pada 1998 sempat membuat heboh dunia sastra Indonesia. Di novel itu, Ayu dianggap terlalu berani. Dia mendobrak norma dan bicara hal yang masih tabu bagi sebagian besar orang Indonesia. Di novel itu, Ayu Utami bicara amat terbuka soal seks. Tak hanya berhenti di situ. Ayu masih terus menggebrak kemapanan di novel berikutnya, Larung dan Bilangan Fu.

Di Bilangan Fu, ada persoalan yang dengan masif ingin didobrak perempuan kelahiran Kota Hujan ini. Di antaranya, Ayu menggugat monotheisme dan militerisme. Apakah ini gambaran seorang Ayu Utami? Atau, dia hanya seorang pencerita yang sedang berkisah tentang orang lain sebagai sebuah fakta kehidupan?

“Apakah kau seorang pencari, pemberontak kemapanan yang sedang membongkar patriarki lelaki?”

“Apakah itu bagian inheren pemberontakanmu, mewakili kaum feminis?” tanya Samsul Arifin, anggota Klub Buku dan Film SCTV, kepada Ayu yang hari itu datang dengan “uniform”-nya, kaos tank top, celana panjang, dan syal tipis menutup lehernya.

Ayu menjawab serius tapi santai. “Orang bilang saya pendobrak. Tapi, saya bukan anti kemapanan,” kata Ayu. Sesekali pula ia mengeluarkan kata-kata lucu dan menggelitik, terutama bagi kaum lelaki, membuat diskusi yang diikuti sekitar 20 orang itu penuh tawa dan menyenangkan. “Kalau ada yang tidak adil, maka perlu dibicarakan. Dan, pemberontakan bukan tujuan utama saya.“ katanya. Sosok berambut sebahu ini mengaku tak sedang melompat “pagar”, karena sebenarnya dia tidak melihat adanya “pagar” di depannya.

Dari kecil, Ayu yang dididik dengan latar agama dan budaya yang kental melihat ada banyak ketidakadilan. Misalnya, untuk urusan bahasa. Saman, novel pertamanya yang mendapat penghargaan dari Dewan Kesenian Jakarta pada 1998 sebagai novel Roman Terbaik dan penghargaan dari Prince Claus Award 2000 dianggap mendobrak tabu karena menggunakan kata-kata kotor.  “Latar belakangnya adalah adanya ketidakdilan pada perempuan.  Di level bahasa salah satunya. Sebagai bangsa kita ingin tampak bermoral tapi  melampaui batas, dan justru malah tak adil,” katanya.

Ia mencontohkan moralitas berlebihan itu salah satunya ada di kamus bahasa Indonesia karangan Purwadarminto terbitan era ‘70-an. Di itu, orgasme diterjemahkan menjadi kemarahan. Orgi dipaparkan sebagai sebuah pesta keagamaan. “Ini sopan santun yang membuat kita tersesat,” katanya. Ketidakadilan lainnya adalah penggunaan kata pelacur—yang supaya terdengar sopan—diganti dengan kata WTS atau wanita tuna susila. Padahal, menurut Ayu, justru sangat kasar terhadap kaum perempuan.

Ketidakadilan dan moralitas berlebihan sangat mengganggu Ayu. Ketika bisa bikin novel, lulusan Sastra Rusia Fakultas Sastra Universitas Indonesia pada 1994 ini ingin membebaskan bahasa Indonesia dari moralitas berlebihan itu. Sekalian, tentunya menggugat banyaknya ketidakadilan pada perempuan. Pada Bilangan Fu, pendobrakan itu makin luas. Ayu juga menggugat fundamentalisme yang selama sepuluh tahun belakangan ini makin berlebihan.

Miko Toro, anggota Klub Buku dan Film SCTV lainnya masih penasaran. Bagi dia, pasti ada sebab yang membuat Ayu selalu bercerita tentang orgasme atau dengan kata lain selalu memasukkan persoalan seks, yang selalu vulgar.

Inilah jawaban Ayu, yang sekaligus mengulas pilihan dirinya untuk tidak menikah, setidaknya sampai saat ini. Menurut dia, buat laki-laki seks terlihat gampang: “Tapi bagi perempuan, problemnya lebih nyata sehingga harus lebh berani bicara soal seksualitasnya.” Fungsi seks perempuan dan lelaki berbeda. Perempuan bisa hamil meski tidak menikmati seks. Perempuan bisa diperkosa dengan gampang, sehingga dia harus tahu organ tubuhnya. Ironisnya, nilai-nilai di masyarakat seringkali membuat perempuan tak tahu dan tidak menguasai tubuhnya. Ada problem biologi dan kultural yang bisa diatasi dengan membuat perempuan lebih berani bicara mengenai tubuhnya.

“Apakah karena itu Anda tidak tidak mempercayai lembaga perkawinan?” tanya Daeng, peserta diskusi. Hmm, boleh jadi, inilah pertanyaan yang seringkali didengar seorang Ayu Utami.

“Saya bukan tidak mempercayai lembaga perkawinan. Pernikahan itu lembaga yang baik dan dibutuhkan untuk melindungi yang lemah: wanita dan anak-anak. Apalagi di negara yang belum melindungi perempuan dan anak-anak. Itu yang belum ada di Indonesia,” ujar Ayu serius. Perempuan lemah terutama ketika hamil, melahirkan dan menyusui. Dia harus keluar dari publik untuk sementara waktu sehingga harus dilindungi negara, sehingga perempuan tak punya pilihan selain mencari perlindungan pada keluarga inti dan suami. “Itu batasan pernikahan buat saya,” kata dia. Sementara di Skandinavia, perlindungan itu sudah diberikan kepada perempuan sebagai individu, tanpa merujuk status menikah atau tidak.

Jawaban Ayu cukup menarik untuk jadi perenungan. Tapi, aku lebih tertarik bertanya mengenai kualitas tulisan Ayu di tiga novelnya. Aku merasa ada penurunan kualitas bahasa, gaya penulisan, dan keindahan pada dua novelnya, yaitu Larung dan Bilangan Fu, dibanding Saman.

“Menurutku Saman itu justru strukturnya jelek banget, novel yang tidak selesai,” jawab Ayu. Novel itu dibuat Ayu untuk mengikuti sebuah perlombaan. Panjang ceritanya disesuaikan dengan syarat lomba. Tapi menyoal kelebihannya, Ayu mengatakan ada pada per bagian yang berhasil.

Bila memperbandingkannya, Saman adalah sebuah novel yang manis. Bilangan Fu tidak demikian. Saman dimulai dengan jatuh cinta: Laila jatuh cinta pada suami orang. Bilangan Fu bercerita tentang seorang lelaki pendaki bukit yang garang, tidak puitis. Karakter pencerita yang berbeda membuat Bilangan Fu tidak bisa terlalu puitis, meski kata Ayu, tidak seratus persen kehilangan puitisnya. Ada bagian ketika lelaki pendaki yang keras itu bercerita dengan indah dan lembut. “Karakter penceritanya berbeda, risiko itu saya ambil sehingga tidak terlalu puitis.”

Rupanya Miko Toro masih penasaran. Dia bertanya apakah semua tulisan Ayu itu hasil perenungan? Kalau ya, renungan seperti apa? Apakah soal agama semata, fundamentalisme, atau seks yang berkaitan dengan keduanya?

“Saya dulu sangat religius. Keluarga saya konservatif tapi membebaskan anaknya menikah dengan beda agama, asal tidak dengan komunis.” Hahaha… lucu juga. Di usia 20-an awal, Ayu mulai tak percaya agama. Alasannya, lebih banyak mudaratnya, patriakal, dan terkesan saling memusuhi antaragama. Ketika mahasiswa, ia bahkan memutuskan untuk menjadi seorang Agnostic.

Di usia 20-an akhir, ia mulai melihat agama dengan kacamata baru: sebuah kenyataan peradaban. Bergulat dengan semua itu, agama, ketidakadilan, moralitas berlebihan, Ayu akhirnya “terjebak” untuk selalu menulis tiga tema: seks, kegilaan, dan agama. Ia tak bisa memungkiri kalau bahasa Alkitab sangat berpengaruh pada dirinya. “Meski benci agama pada satu periode, tapi agama sudah batubata dalam diriku.” Itulah fakta sejarah yang tidak bisa dihilangkan Ayu Utami dalam dirinya.

Di level peradaban, meski berdarah-darah, Ayu tetap tak bisa memungkiri kalau agama juga membangun peradaban. Baginya, agama adalah energi yang bisa membuat orang mengasihi atau membunuh orang lain. Pembelaan kaum beragama yang mengatakan kesalahan tidak pada agamanya, tapi pada orang yang menafsirkannya, dianggap Ayu sah-sah saja. Hanya saja dia tetap belum mendapat jawaban: Kenapa harus ada agama, kalau tidak bisa mentransfer orang menjadi lebih baik?

Adakah yang bisa menjawab dan memuaskan seorang Ayu Utami?

Kamis, 6 Agustus 2009

Disarikan dari Diskusi Klub Buku dan Film SCTV

Leanika Tanjung

70 Responses to “Ayu Utami: “Kenapa Agama Tak Membuat Orang Lebih Baik?””

  1. Ayu Utami: “Kenapa Agama Tak Membuat Orang Lebih Baik?” | Blog liputan6 Says:

    […] selengkapnya di sini. AKPC_IDS += "345,"; Share and […]

  2. bebe Says:

    “Kenapa agama tak membuat orang lebih baik?” jawabannya kembali ke pertanyaannya, yakni “baik” dalam arti yang bagaimana?

    Jika “baik” dikaitkan dengan konvensi masyarakat umum atas makna kata “baik”, permasalahan lebih mudah diidentifikasi.

    Namun, jika pemaknaan kata “baik” ditanyakan kepada individu atau kelompok-kelompok kecil yang lebih kecil, dimungkinkan makna “baik” sudah bergeser dari konvensi yang ada.

    Aktivitas manusia berbahasa selalu ditentukan lingkungannya. Begitu bukan?

  3. ayka Says:

    Agama itu berkaitan dengan Tuhan…
    Dan Tuhan itu diyakini oleh iblis sekalipun!
    Jika ada manusia yang meragukan agama.. maka bagaimanakah derajatnya dibanding mahluk rendahan sekaliber iblis?

  4. rabechus Says:

    tak ada system yang baik dan terbaik dalam membangun peradapan tanpa komunis !. dan agama adalah cara kegagalan dalam memanipulasinya !. dan komunis tidak ada hubunganya dengan agama !. dan jika mau bertuhan , tidak harus menggunakan agama !. sebab tuhan ad di setiap lubuk hati setiap makhluknya …

  5. kami Says:

    sempit sekali pemahaman ayu,dia terjebak menafsirkan agama dengan kedangkalan fikirannya sendiri..

  6. yunga Says:

    Kenapa Agama tak membuat orang lebih baik, ini adalah satu pernyataan yg masih diskriminatif, karena tidak semua orang yg beragama itu tetap biasa2 aja sama seperti sebelum dia menjadi beragama, atau menjadi lebih buruk dari sebelum dia beragama, tetapi masih banyak orang yg lain yg benar2 menjadi lebih baik dan tertata hidupnya karena agama, ini adalah masalah yg universal, tidak menyangkut pada satu agama saja, tetapi semua agama di dunia ini mengalaminya, jadi bagi saya seperti pernyataan anda sendiri, agama itu baik adanya, tergantung dari masing2 orang menafsirkanya sehingga muncul macam2 opini, sebab didalam agama itu, pada taraf tertentu saja orang menjadi benar2 lebih baik dlm segala hal, alias sempurnah,,,itu ada pada poros tengah, pada bagian bawah adalah kelompok yg tadi itu, mereka yg salah menafsirkan ayat2 agamanya, sehingga mereka cenderung anarkis dan mereka biasanya merasa yg paling sempurna, sedangkan pada poros atas, itu adalah mereka2 yg boleh dikatakan sangat suci didalam agama, cenderung fanatik, dan mereka itu sangat baik, tidak mengganggu orang, tetapi karena sakin tidak ingin mengganggu orang lain dan menjaga prifasi orang lain, terkesan mereka menjadi kurang perduli pada lingkungan, keseharian mereka itu lebih bersifat /bermakna ritual,,,segala yg mereka lakukan itu demi ritual, dan itu bukan buruk, tetapi nilai2 kebaikan itu agak sedikit kabur jadinya. Jadi intinya menurut saya, kita didalam mencari kedamayan dunia ini, tidak perlulah menjalankan ritual tertentu seperti harus menjadi pertapa di gunung2, menyiksa diri, makan seadanya, berpuasa, dengan tujuan mencari kesempurnaan, karena kesempurnaa diri itu tidak akan dapat dengan menyiksa diri, malah yg didapat adalah kecemburuan, irih dan dengki, karena kita menghabiskan wktu dengan menyiksa diri sementara orang lain semakin jauh meninggalkan kita dengan nilai2 kebaikan yg sejati.

  7. HAIDAR Says:

    Dilihat dari latar belakang keluarga yang kurang religius sepertinya mbak Ayu Utami ini lagi gamang (seperti anak remaja aja yah yang sedang mencari identitas ..he..he..he), entah apapun namanya itu..,saya rasa bukan ajaran agamanya kali mbak yang salah, tapi orangnya yang kurang memahami ajaran agama itu, apapun ajaran agamanya..,mbak Utami boleh aja “jago” bikin buku tapi pemahaman mbak tentang hakikat kehidupan masih minim banget termasuk tentang agama..,mbak Utami ini yang disebut orang tua-tua dulu dengan sebutan orang pinter yang keblinger..

  8. Eko Says:

    salute utk mbak Ayu.
    saya pun bs dikatakan sreg dgn Agnostic, sebab pada dasarnya kebaikan itu ada didalam diri kita dan sekeliling kita tanpa harus ada agama.
    sejarah agama dan tuhan sendiri pun sebenarnya byk berasal dari rasa ketakutan manusia.
    pokoknya salut deh.

  9. marcel Says:

    memang dinegeri ini masih terdapat ketidakadilan,kesetaran,kesenjangan sosial yang jauh,kemiskinana yg masih merajalela,semoga agama menjadikan tempat untuk seseorng bsa lebih mengenal dirinya dengan keyakiananya.

  10. Harvey Says:

    pengikut suatu agama seharusnya mengikuti perintah dan petunjuk dari YANG MAHA KUASA. tetapi sering kita lihat secara praktis, pengikut suatu agama malah menjadi “yang maha kuasa”

  11. defa Says:

    Bukan agamanya yang salah tapi orangnya, spt politik, bukan ilmu politiknya yang kejam tp orangnya
    Salut u/ mba Ayu, krn sbnrnya dengan pertanyaan ini mba Ayu sdh mulai terbuka pikirannya tinggal tergantung siapa yang akan menjawab pertanyaan mba Ayu, tentu mba Ayu akan mendapat jawaban yang berbeda, apakah jwbn dr orang yg relijius(Islam, Kristen, Hindu, Buddha), atheis atau liberal
    Bagi orang yang msh labil spt mba Ayu tentu rentan dan akan mudah tergoyah hati dan pikirannya bila ada yg brainwash atau cuci otak
    Semoga mba Ayu berhasil melewati maslah identitas diri ini, amin
    Yang pasti memiliki agama itu baik drpd tidak.
    Bagi yang beragama hrp menunjukan pikiran dan perilaku sesuai ajaran agamanya, misalnya disiplin, tidak korupsi waktu di kantr atau uang, taat berlalu lintas, amanah (jika berjanji hrs ditepati), bayar zakat atau dan pajak dr gaji nya, tidak culas, tdk percaya mitos2 budaya, jgn nyabung ayam meski tradisi turun menurun, jauh dr penyakit hati, tdk freesex sblm nikah, tdk nyogok u/ mskin sekolah anaknya,buang sampah pd tmpnya, menikah, tidak anti kemapanan misalnya sembarangan ngasih uang ke orang kelurahan biar cpt selese urusanny, jgn ngatain makanannya ga enak klo ada hajatan cukup dalam hati klo bisa malah disyukuri, bagi jurnalis mampu menulis kebenaran bukan sesuai orderan, dan msh byk lg deh agar orang yg labil bisa percaya bhw agama bisa bikin dunia ini baik

  12. Danny Harmono Says:

    Banyak koq orang yang jadi lebih baik karena agama. Paling tidak, mencegah orang jadi lebih jahat. Kalau tidak ada agama, dunia akan lebih kacau. Jadi pertanyaannya Ayu kurang pas, nggak melihat realita. Harusnya pertanyaannya dirubah jadi : Kenapa harus ada agama kalau tidak bisa mentransfer si Badu menjadi lebih baik ?

  13. arri Says:

    kasihan! Ayu, ketika kita ingin menuju suatu tempat, tentunya akan melewati jalan yang berkelok, kadang mendaki, kadang menurun, kadang rata, kadang licin, kadang kasar. Bagi yang belum biasa melewati jalanan tersebut, akan ‘kagok’.
    Nah, oleh negara (melaui petugasnya) dipasang rambu-rambu. Ada pemberitahuan, mengenai keadaan/situasi setempat. Ada keharusan melakukan sesuatu perbuatan/tindakan berkenaan dengan situasi yang ada. Dan juga ada larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan.
    Semua itu diADAkan untuk menjamin si pengguna jalan (kita) bisa sampai tujuan dengan SELAMAT. tapi meskipun rambu-rambu telah dibuat dan dipasang, apakah ADA jaminan, semua pengguna jalan itu melewatinya dengan selamat? TIDAK! karena ada yang tidak mempedulikan rambu-rambu yang ada.
    begitulah AGAMA yang tetap saja membuat orang, ADA yang tidak bermoral, tapi mereka yang memahami apa-apa yang digariskan dan MAU dan MAMPU melaksanakannya, tentu saja ia akan menjadi BAIK, berbudi, bermoral, dan bisa menjadi panutan/ tuntunan/teladan. dan ia akan SELAMAT sampai tujuan. karena perjalanannya selamat. jadi kalau ingin SELAMAT dalam hidup kita mesti berAGAMA. OK, Ayu?

  14. hellboy Says:

    agama adalah garis besar kehidupan dan meruajan tujuan akhir dari kehipuan manusia,,,,,, tuhan itu ada di mana mana, tak berbentuk, tak kelihatan, hanya bisa di rasakan. semua agama mengajarkan yang baik,,, pendekatan keluarga adalah yang paling penting untuk menjadikan manusia jauh lebih baik,,,,, sebelum menjangkau agama itu sendiri,, makan haruslah ada pondasi yang kuat untuk menunjang itu semua. yang bisa membuat manusia jauh lebing baik adalah keluarga itu sendiri dan agama sebagai tujuan akhirnya…………

  15. Hariyanto Says:

    Salut buat mbak ayu, yang berani bertanya pada keampuhan agama. Menurut saya agamanya sih tidak salah; lihat saja agama telah meninggalkan peradaban luarbiasa pada ilmu pengetahuan……..masih banyak jejak pengetahuan berbahasa arab, mereka telah menjadi ahli pada zamannya yang menembus dimensi zaman untuk manfaat umat manusia. Mereka ahli bedah pertama, penemu peta pertama, penemu angka nol, penemu bintang, penemu teropong, dst walaupun bukan penemu bola lampu Edison tapi mereka mampu belajar dibawa lentera dan dibawah langit diatas bumi, dan di tengah lautan……..siapa mereka ?? diakui atau tidak mereka umat Muhammad Saw yang hidup sederhana tetapi berkarya cemerlang. Satu hal mereka pada hafal al Quran kitab sucinya; tidak diragukan lagi penemuannya adalah untuk maslahat umat; tidak pandang apapun agamanya dan bukan untuk penjahat dan kejahatan. Atau tengoklah ahli bedah Perancis yang sudah membedah mumminya Firaun; harus tunduk pada al Quran karena semua penemuannya telah diberitakan disana ribuan tahun lalu…….Memang mencari Tuhan kadang seperti mbak Ayu, saya berharap mbak ayu bisa belajar dari alam. Jangan menvonis individu pembuat kerusakan sebagai kias dari kesalahan agama tertentu…..Belajar adalah Longlife……tapi manusia dibatasi usinyanya, Semoga Allah memberi hidayah mbak Ayu, amin

  16. meta Says:

    Wah..kalau saya sih gampang ajah..Orang yang tidak baik itu adalah orang baik yang sedang dikasih cobaan. Ada yang lulus dari cobaan sehingga dianggap baik, ada yang tidak lulus sehingga dianggap tidak baik. Sebetulnya kuncinya itu cuman satu yaitu Belajar. Nabi Muhammad SAW pun disuruh membaca pada awal menerima wahyu dan agama islam diturunkan bagi orang yang mau belajar.

  17. Rio Latuconsina Says:

    Menjadi lebih baik membutuhkan waktu, dan 2 faktor yaitu : diri sendiri dan campur tangan tuhan. karena pada hakikatnya setiap perilaku baik ataupun buruk yang dilakukan oleh manusia itu tergantung dari manusia itu sendiri dan Untuk menjadi lebih baik tidak perlu agama sebenarnya, hanya perlu kesadaran.

  18. dayuqs Says:

    Bismilahirahmanirahim..
    Sebagai pecinta novel,salut pada mbak ayu yg dengan berani dan lantang melampaui segala batasan2 dalam ke tradisionalan negara kita.
    Sebagai seorang manusia yg masih dan akan mencintai agama ku sampai mati,sangat menyayangkan anggapan dan batubata yg ada di diri mba ayu.
    Saya pun pernah kecewa dengan jalan hidup saya yg saya anggap tidak adil untuk saya.Terlalu naif untuk kita menutup mata dan tidak peduli dengan keadaan sekitar kita.tapi apa semua itu salah agama dan Tuhan (sebagai dalang)?
    semua itu kan ada hukum sebab akibatnya.
    kenapa alam jadi semakin jahat akhir2 ini?Kenapa ada terorisme?Kenapa banyak orang kaya menindas yg miskin?masih banyak kenapa lainnya..
    tapi apa ini semua salah agama dan idealisnya?
    yang salah tuh manusianya..
    Kenapa kita tidak mencoba berdamai dengan Tuhan?
    Kenapa kita tidak mencoba berkaca apa yg salah pada kita?
    Kenapa mbak ayu tidak mencoba untuk tahu lebih dalam tentang Tuhan yg mbak sembah?
    Agama hanyalah jembatan manusia untuk berkomunikasi dengan penciptanya dan mengucap syukur kita masih diberi akal dan bakat (seperti mba ayu) selama ini.
    Coba kalau semua itu dicabut dari kita,jadi apa kita?
    cuma seonggok daging bernyawa tapi “linglung”
    Intinya,kalau mba ayu mau jadi lebih baik,berusahalah untuk “salaman” dengan Tuhan..
    trimakasih

  19. Delta Hawk Says:

    “Kenapa Agama tak membuat orang lebih baik?” It’s a good question. Jawabannya : Awalludin ma’rifatulloh, bermula Agama adalah mengenal Alloh. Mengenal diri Alloh dari wujud nyata hingga Zat-Nya yg tidak seumpama bagi tiap2 sesuatu. Jangan mengkhayalkan keberadaan-Nya, jgn menyembah yang diciptakan-Nya, dan jgn sekali-kali memikirkan dzat-Nya. Sesudah mengenal Alloh, maka takhlu iman pada Qodo dan Qodar (baik & buruk) itu datang dari Alloh. Kalau mau yang baik2 ya ikuti Muhammad Rasululloh, niscaya dapat surga. Kalau mau yg buruknya ya ikuti Azzajil (setan, iblis) niscaya dapat neraka. Mau surga, kenali dulu Muhammad Rasululloh, kemudian sayangi dan cintai Dia lebih dari cintamu pada harta, keluarga, dlsbg. Mau menghadap Alloh mustahil bisa tanpa petunjuk Muhammad Rasululloh.
    Note : Maaf bukan berceramah, at least, kamu mau merenung sejenak. Disana semua ada jawaban dari setiap pertanyaan.

  20. Ronal Arianyah Says:

    Nikmatnya beragama, sepertinya belum pernah menyentuh kehidupan pribadi Ayu Utami….Ya Allah, berikanlah rahmat dan hidayah-Mu kepada hambamu ini Ya Allah, Amien…

  21. roesth Says:

    Aku bukanlah seorang dengan pemahaman agama yang baik, aku hanya berusaha untuk menjalankan kewajibanku sebagai orang yang beragama, kewajibanku pada tuhanku, kewajibanku pada agamaku dan kewajibanku terhadap sesamaku, walaupun aku akui bagaikan dari bumi ke langit untuk kuakui bahwa yang aku lakukan sudah benar.
    Ketika masih ada yang bertanya tentang kebenaran agama, uh sesak sudah dada ini, kalau yang dipertanyakan yang ada dalam agama itu tidak masalah. Saman adalah Novel pertama yang membuatku jatuh hati, tapi sudahlah mestinya suatu karya cipta tidak berhubungan dengan seberapa beragamanya dia, karena baiknya novel tidak hanya disampul, tapi juga diisi bukan dipenulis.

  22. kasdi Says:

    Ada agama aja msh buanyak yg gak baik, apa lagi kalo gak ada agama —–> apa kata dunia ????

  23. Deja Vu Says:

    …..manusia berpikir, TUHAN tertawa……

  24. munjari Says:

    SYAHADAT tanpa IMAN adalah kesaksian terhadap realitas tunggal.
    Jadi bukan pengucapan kalimat “syahadat” sebagai kepercayaaan. Pada tahap ini seseorang telah menyadari sepenuhnya bahwa yang ada itu adalah kebenaran tunggal. Bukan “kebenaran” dari ajaran ini atau ajaran itu. Bukan pula kebenaran yang diberitahukan oleh A, B atau C. Dalam bahasa pergaulan, enaknya rasa tempe itu bukan karena diberitahu oleh orang lain, tapi karena telah merasakan sendiri. Apabila seseorang telah bisa menyaksikan kebenaran tunggal tanpa kepercayaaan, kalau toh itu disebut kepercayaan namanya “haqq al-yaqin ”
    TAKBIRr tanpa TAUHID adalah terasa hilangnya diri kita karena tenggelam dalam Dzat Allah Yang Mahabesar. Jadi bukan sebatas pengakuan bahwa “Tuhan Mahabesar” atau baru pada tahap kepercayaan bahwa ” Dia Itu Maha Esa”. Tetapi fana dan baka terasa manunggal, menjadi satu. Merasa Fana sebagai hamba dan sekaligus merasa tenggelam di dalam kebesaran dan kebakaan-Nya. Bagaikan ikan teri kecil yang hidup di tengah samudra raya. Dia tidak merasakan lagi bahwa dia hidup di air. Tetapi terasa hidup di dalam Yang Mahahidup.
    SYAKARATUL MAUT tanpa MAKRIFAT, karena semua sudah digulung menjadi satu. Yang disaksikan cuma satu. Dzat, Sifat, Afal (perbuatan) dan Asma-Nya ternyata satu. Tak disaksikan lagi adanya sekat – sekat atau hijab antara Dzat, Sifat, Afal dan Asma. Yang mengetahui dan yang diketahui, yang menyaksikan dan yang disaksikan manunggal. Tidak ada dua, hanya ada satu realitas. Bukan dua entitas* tetapi juga bukan satu. Allah Hu Akbar
    ENTITAS adalah sesuatu yang memiliki eksistensi (keberadaan) dan independen(tidak tregantung) pada yang lain. Subekan Allah

  25. HARIS Says:

    Kegamangan adalah sifat dari manusia bahkan juga jin.Karena dua mahluk itu adalah mahluk kemungkinan,beda dengan malaikat dan iblis yang merupakan mahluk kepastian. Karena mahluk kemungkinan itulah manusia dan jin bisa menjadi seperti malaikat dan bisa juga menjadi iblis. Mari kita lihat Mbak Ayu sebagai seorang yang sedang mencari kesejatian diri. Bahwa sahabat kita ini betapapun jagonya merangkai kata-kata menjadi sebuah karya mumpuni adalah tetap seorang mahluk Tuhan yang dengan segala macam kelemahan yang mensifati sebuah mahluk. Sahabat kita ini perlu kita cintai,kita sayangi sambil terus kita bimbing. Pendapatnya yang menyatakan Agama tidakmenjadikannya lebihbaik adalah sebuah bahasa Tuhan buat kita semua bahwa kita penuh dengan keterbatasan. Jangankan untuk mempertanyakan Tuhan,mempertanyakan ciptaannyapun manusia tak akan pernah sanggup.Kita kumpulkan seratus orang profesor doktor,suruh deskripsikan tentang rasa pedas dari sebuah cabe,apakah sanggup ? Ternyata rasa pedas cabe hanya bisa kita pahami dengan cara kita mengunyahnya bukan dengan memperdebatkannya dan menginformasikannya lewat seratus tesis dari seratus profesor doktor. Demikian pula agama,apapun dia. Mencerdasi dan mempersepsikan segala macam perintah dan larangan yang merupakan esensi sebuah agama hanya dengan cara kita melaksanakannya. Mbak ayu, Tuhan menganugerahkan kesadaran esensi anda sebagai mahluk ternyata lewat sebuah dialektika dinamis dalam diri anda. Dalam kegamangan,dalam kekosongan bahkan dalam ketergelinciran berfikir anda ternyata Tuhan sangat sayang kepada anda. Dan cuma agama yang bisa menjawab semua itu.

  26. Mamad Says:

    Ada agama saja masih seperti ini, apalagi tidak ada agama. Pikirkan itu mbak Ayu.! Yg jelas setiap agama mengajarkan kebaikan dan melarang keburukan. Apakah anda menutup mata akan hal itu?

  27. edward andriy Says:

    Assalamualaikum wr wb
    ………….Kenapa agama tidak membuat orang lebih baik? bukan ini pertanyaan yang semestinya ditanyakan, karena semua sudah sepatutnya dikembalikan kepada individu manusia tersebut. Sudahkah ia mempelajari serta memahami agama dengan baik, dan perbaikan moral manusia telah sangat jelas dijelaskan dalam islam bahwa perubahan moral tidak denga proses instant semua mengikuti alur hidup serta langkah yang di ambil individu tersebut. Jika kita bertanya “Kenapa agama tidak membuat orang lebih baik?” seharusnya diganti “Kenapa Kita Membuat Agama Tampak Buruk Serta Menjadikan Agama Sebagai Kambing Hitam, Bagi Kita Yang Sebenarnya Menginginkan Kebebasan Yang Pada Akhirnya Akan Mendatangkan Bencana, Bagi Dirinya Sendiri Dan Masyarakat Luas”………….Semoga Allah swt Selalu Memberikan Rahmat Serta Hidayah-Nya Bagi Kita Semua. Amin.
    Wassalam wr wb.

  28. KasiH Says:

    Wajar aja Ayu Utami bingung dengan agama(nya)…kalau jadi itu yang dibahas, semakin diselaminya malah semakin mengungkapkan ajaran kebencian terhadap orang lain (yg tidak seagama), semua dianggap musuh..jadi kapan damainya dunia ini…???? Hanya dengan KASIH lah kehidupan ini akan damai dan tenteram kalau memang itu yang kita minta..atau yang Ayu inginkan…who knows..???????

  29. edward andriy Says:

    Assalamualaikum wr wb

    Ternyata msh ada jg orang yg senang sekali menyalahkan agama tanpa menyadari bahwa diapun akan membuat suatu agama akan tampak buruk, yang perlu ditekan kan disini adalah bagaimana kita selalu berusaha menjadi individu yang dapat menjadi panutan baik bagi keluarganya, negaranya terutama agamanya. ” JANGAN PERNAH MENJADIKAN AGAMA SEBAGAI KAMBING HITAM ATAS KEKEJIAN ATAU KEPICIKAN PIKIRAN KITA SENDIRI “. Semua akan menganggap agamanya lebih baik dr yg lain.
    Tak ada manusia yang sempurna, akan tetapi kemurnian agama akan tetap suci sampai kapan pun.

    Wassalam wr wb

  30. Hireka Says:

    Lho, pendapat Ayu Utami memang ada benarnya kok.
    Karena agama, orang bisa

    1. SALING MENGASIHI

    sekaligus

    2. MEMBUNUH ORANG LAIN!

    Do not be so much naive, guys….

    http://hirekaeric.wordpress.com/

  31. rabechus Says:

    kalau berbuat baik aja masih harus menggunakan agama !?, berarti memang kenyataanya bahwa semua pameluk agama dan pengajarnya adalah makhluk yang terbodoh di banding yang lain !. “matahari memberikan sinarnya untuk kehidupan ini tanpa pamrih dan nyata” begitu juga elemen yang lain bagi makhluk yang ada !.

  32. yudi Says:

    BENAR dan BETUL sekali !!! Agama itu ibarat label atau baju. Jadi yang penting kembali pada kesejatian orangnya. Jaman dulu orang yang hidup di pelosok atau pedalaman tidak mengenal agama, tetapi hidupnya tenteram, karena yang mereka punya adalah IMAN dan KEPERCAYAAN terhadap SANG PENCIPTA ALAM dan YANG MEMBERI HIDUP DAN KEHIDUPAN.
    Sebetulnya yang paling penting adalah kembali ke hati nurani setiap orang itu sendiri. Orang yang sejahat apapun saya YAKIN pasti tahu mana yang BAIK dan mana yang TIDAK BAIK untuk dilakukan. Tetapi yang tidak baik toh tetap dipilih dan dilakukan, demi untuk menjaga gengsi dan mempertahankan harga diri secara duniawi, bukan harga diri di hadapan Tuhan. Nah, inilah yang disebut dengan MUNAFIK !
    Pernyataan Ayu betul. Sebagai contoh, ada sekelompok orang yang dengan lantangnya tanpa merasa dosa sedikitpun menyatakan membela kebenaran, membela Tuhan, dsb. Padahal Tuhan itu tidak usah dibela pun benarnya dan sucinya sudah jelas jauh melebihi mereka. Karena TUHAN YANG MENCIPTAKAN SEISI DUNIA, termasuk mereka ! Kalau memang mereka percaya bahwa Tuhan itu benar-benar ada, menurut AGAMAnya !
    Salam Sukses mbak Ayu !!

    Yudi – SOLO

  33. yudi Says:

    gimana nih komentar bang oke ?!

  34. nyoman Says:

    memeng sih,,agama gak menjamin orang akan lebih baik/malah sebaliknya! ya…itu semua trgantung jati diri orang masing2 & lingkungan sekitarnya,tp saya yakin mba ayu utami percaya dg adanya TUHAN ya g mbak…?contohnya; dijepang agama gak terlalu diagungkan & orang jepang kebanyakan gak memeluk agama,tp yg namanya HAM sgt dijjg tinggi dan peradaban disini jauh lebih baik dari negara2 lain,yg bahkan menganut paham ketuhanan sekalipun.hidup ini jgn seperti pedagang yg lagi menjajakan BUKU dipinggir jalan`SAMPULNYA AJA RELIGIUS,TAPI DALAMNYA MISTERIUS`jadi……!agama bukan satu2nya jalan menuju TUHAN, tp…banyak jalan menuju ROMA !!! VISS………..ssss

  35. boni haryo Says:

    Nah, begitu dong…commentnya harus semakin mendalam…
    Mungkin mbak Ayu hanya tersenyum-senyum membaca komentar-komentar diatas. Siapa yang yakin bahwa anda adalah orang beriman 100% ? mungkin tidak ada…(atau ada yang pede berkaya ‘saya’) Jika ada, dialah orang pertama yang harus men-judge benar/salah dari spritualisme kritis dalam novel atau mungkin hidup mbak Ayu sendiri.
    Bukan tidak mungkin bahwa orang yang dalam hidupnya mempertanyakan agamanya, bahkan Tuhannya, akan lebih menganal Tuhan. Mungkin lebih tepat kalau judulnya ‘ Tuhan itu baik, tapi mengapa agama terkadang tidak membuat orang lebih baik’.
    Sayang novel mbak Ayu terbit di negara yang kebanyakan masyarakatnya belum sampai pada pemikiran tersebut, mungkin masih berada pada zaman patristik. Tidak dapat dipungkiri bahwa kini kian marak orang yang beriman pada Tuhan tanpa beragama, dan mungkin akan lebih banyak. Novel mbak Ayu juga telah membimbing mereka menuju kebenaran sejati. Teruskanlah mbak Ayu…Agama adalah pilihan eksistensial, bukan sekedar alasan kultur, tradisi apalagi status.

  36. agus Says:

    salam sejahtera bt mbak ayu,
    mbak klo berbicara masalah agama dan moral manusia,memang berkaitan sekali karna AGAMA adalah suatu pedoman hidup bagi manusia.seperti pertanyaan mbak “kenapa harus ada agama,klo gk bs mentrasfer org menjadi lbh baik?” menurut saya, org bs mnjadi baik atau nggak,itu tergantung orngya saja karna segala sesuatu diluar pikiran manusia adalah NETRAL adanya termasuk agama itu sendri. agama itu ibarat ‘PISAU’,klo digunakan untuk hal yg bersifat NEGATIF seprti dipake untuk melukai orang lain. maka AGAMA itu bs membuat moralitas manusia menjadi merosot.tp klo ‘PISAU’ itu digunakan untuk hal-hal yang brsifat POSITIF seperti memotong sayur dll,maka AGAMA itu bs membuat moralitas seseorang menjadi lebih baik dr sebelumnya. jadi kembali kepertanyaan mbak ayu td”kenapa harus ada agama,klo tdk bs mentrasfer org menjadi lbh baik?”
    menurut saya,itu semua tergantung orangnya saja,mau gak iya menjadi lbh baik.jd keberadaan AGAMA adalh memang harus ada. karna itu sebagai pedoman hidup bagi manusia.mungkin mbak bertanya seperti ini hanya melihat segelintir orang saja yang merosot.karna tidak semua orang moralnya demikian.
    Oleh karena itu saya berpesan sama mbak”janganlah hidup untuk AGAMA tp jadikan AGAMA untuk hidup.maksdnya jdikanlah agama untuk pedoman hidup sehari pelajari dan praktikan,pasti akn membuat kita mnjadi orang yang lbh baik.karna agama bkn hanya untuk dipelajri saja tetapi untuk dipraktikan selain baru kita akn menuai hasil yaitu KEBAHAGIAN yg sejati.
    kurang puas atas jawabanku tlpn aku ke +821025362319. online kapan saja.dan akan aku jelaskan secara terperinci. thanks ya mbak ayu. semoga anda puas atas pendapatku.

  37. CINTA Says:

    Agama sudah pasti menagjarkan semua kebaikan, hanya IMAN manusia itu sendirilah yang menentukan baik atau tidak moralnya. Ngomomg – ngomong mbak Ayumi punya agama ga? Tidak memperoleh kebaikankah dari agamanya????? Jangan membuat bingung insan lain yang tak kuat imannya……..

  38. koplo Says:

    agama adalah strategi menguasai yang lain. dan hanya agama yang membatasi dan membedakan kasta kasta sosial untuk memanfaatkan keserakahan. tapi tuhan yang menciptakan matahari , air , udara ,tanah da elemen kehidupan ini tak membatasi antara kaya dan miskin .tapi makhluk yang beridentitas manusia yang sudah jelas kesalahan serta kesrakahannya ” memunafikan diri” dan berdogma agama.

  39. JUJU Says:

    jawabanku simpel. KARENA AYU HANYA MELIHAT DENGAN KACAMATA YANG DIINGINKANNYA. LENGKAPI KACAMATAMU DENGAN PANDANGAN TERHADAPAN ORANG-2 BESAR YANG TELAH BERMUNCULAN MEMBANGUN PERADABAN DAN MEMBANGUN NEGARA DAN MEMBANGUN SOCIETY. SANGAT JELAS DI SAMPING ITU JUGA BERMUNCULAN ORANG JAHAT DAN MUNAFIK JUGA MUNCUL.

  40. nie Says:

    Agama adalah keimanan seseorang terhadap Tuhan yang menciptakan manusia tempat kita mempertanggungjawabkan semua perbuatan kita di dunia, banyak agama apakah berarti banyak Tuhan ? surgamu dan surgaku tentu lain tempat

  41. SANS Says:

    Agama mengatur manusia agar baik dan selamat di dunia dan akherat..kalo ada orang beragama tp tidak baik,berarti belum melakukan apa yg menjadi aturan agama..Jadi bukan agamanya yang salah tetapi orangnya yang salah …maklum banyak setan2 bertebaran di muka bumi.

  42. yudi Says:

    he.. he.. he.. the CINTA’s comment is LUCU!! that’s not qualified!!

  43. jiman Says:

    apapun alasannya , yang namanya LEBIH , pasti ada yang kurang !?. jadi kalau agama dibikin hanya untuk berlebihan !?, pasti jawabannya selalu kurang . dan yang paling pas adalah : bertuhan untuk memberikan keseimbangan kehidupan alam dan makhluknya …

  44. andra Says:

    di dalam hati Ayu, sebenarnya ia ingin dikasihi oleh agama. Tp dia pura2 menafikan.Setiap manusia, punya bagian rasa “ketuhanan”. Kali aja ni orang lagi senang dgn keadaan dia gak percaya agama. Senang krn jadi pusat perhatian (lelaki). huek!

  45. heheh Says:

    heheh maaf ganggu kalau menurut saya karena orang nya ta menjalan kan dien islam secara kaffah tapi kalau lah islam dilaksanakan secara kaffah insya allah lihat masa kejayaan islam masa rasul atau pun masa ke khalifahan ada ta yang lebih baik dari dienul islam jawab nya absolutely nothing

  46. ubasape Says:

    Assalamu alaikum Warahmatullah, bu Ayu…. (god bless you forever)

    setiap orang tentu memiliki persepsi yg berbeda2 tentang kehadiran agama sebagai dasar hukum dlm menjalani dinamika hidup. begitu pula dengan tawaran hukum positif yg berlaku pd setiap negara. yg sedang ingin sy sampaikan sebenarnya adalah persoalan, apakah kita baik sebagai “abdillah” (Hamba Allah) maupun abdi negara patuh dan taat akan setiap aturan main didalamnya atau tdk. sebagai contoh sederhana saja, ketika sy melakukan perjalanan dari arah kota jogjakarta menuju kota magelang jawa tengah, di tengah perjalanan di tilang aparatur kepolisian (polantas)hanya karna sy tdk melihat ada rambu lalulintas yg sy langgar yg pun tdk sengaja dilanggar (betul2 krn sama sekali gk menguasai medan jalan tsb). petugas polisi dlm hal ini tdk pernah mau menerima alasan apapun (langgar aturan yah kena sanksi) titik. begitu pula sy kira dalam hal seseorang ber-agama. satu hal yg pasti, bhw Allahu SWT adalah Zat yg serba maha termasuk maha melihat sikap hati setiap hambanya dalam menjalankan aturan main-NYA. bermacam2 motivasi (niat), ada yg termotivasi surga, pahala, rezeki melimpah (materi), kesehatan yg bagus, dan byk lagi tentunya. secara sederhana, seluruh isi teks kita Allah Al-quran mulai dr surah al-fatihah sampai dengan surah An-Nas sebenarnya Allah sedang berbicara dan bercerita ttg kekuasaan dan kebesaran-NYA atau dengan kata lain DIA sedang meng-AKU-kan diriNYA “AKUlah Allah dan kalian adalah hamba yg harus taat dan tunduk akan semua titah-KU dan kalau kalian tetap berjalan diatas rel-KU tsb, maka kecenderungan kalian akan byk diam dan senantiasa tdk byk bertanya krn telah kutanam hikmah (ilham) kpd siapapun yg AKU kehendaki menurut sikap hatimu masing2 krn AKU-lah zat yg maha mengetahui. Analogi sederhana kondisi kt pada hr ini yg terlalu byk bertanya dan kritik menurut kemampuan pikiran pd hr ini adalah; seseorang yg mengetahui informasi dlm bentuk teks yg tertera pd sebuah kotak rokok tertentu (katakanlah Djarum super isi 12, maaf tdk bermaksud ber-iklan). tanpa pernah mencoba membuka kotak rokok tsb, maka mustahil kt akan mengetahui scr konkrit bhw benar2 isinya 12 biji, belum lagi masuk pd persoalan rasa dr rokok tsb yg memang khas dr rokok2 lain termasuk merk dan label yg sama seperti Djarum super yg isi 16. sangatlah sederhana sebetulnya dlm persoalan ibadah (khususnya ritual ibadah sholat) yg memang sengaja dihadirkan utk menstabilkan keliaran berfikir dan utk menenangkan hati hamba yg selalu digoda oleh semu dinamika dunia. (masuk dulu kedalam sholat, baru akan mengerti sholat). kalau anda tinggal di jakarta ingin byk tahu ttg kondisi real kota jogja, maka segeralah berangkat ke jogja kalau hal tersebut sangatlah penting bg kelangsungan dan keselamatan hidup anda selamanya, tdk cukup hanya bermodalkan sekedar informasi ttg jogja melalui buku2 atau media2 lainnya seperti tayangan televisi dll. tanpa pernah berkunjung langsung dan minimal mencoba utk tinggal beberapa bulan atau beberapa tahun utk betul2 meng-eksplorasi kota jogja dr segala aspek di dalamnya. catatan penting dlm hal ini adalah tentang “niat” krn (menentukan segalanya). akhirnya sementara ini, utk kt semua khususnya saudaraku Ayu utami, semoga senantiasa ditunjukkan jalan lurus hanya dalam rangka menggapai cinta, kasih dan sayangnya Allahu SWT, bukan apapun selainNYA, krn selaiNYA adalah tdk lebih hanya sebagai jembatan utk menujuNYA, IYYAA KANA’BUDU WAIYYAA KANAS TAIEN…, IHDINASSHIRAATHAL MUSTAQIIM…, AMIN.., AMIN…, AMIN… YA ALLAHU…ALLAHU…ALLAHU….

    WASSALAM,

    UBASAPE

  47. ubasape Says:

    BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM, ASTAGFIRULLAHAL-ADHIM, ALLAHUMMA SHALLI ALAA MUHAMMAD, LAA ILAAHA ILLA ANTA SUBHAANAKA INNII KUNTU MINADDHOOLIMIIN…

  48. Deli Rawi Says:

    Sepertinya Ayu sedang dalam pencarian jati dirinya…. Kalau kita amalkan agama secara kafah akan terasa indah sekali beragama itu. Ia akan menjadi penuntun kita dalam menjalani kehidupan. Anda harus lebih banyak belajar dan bertanya kepada ahlinya tentang makna agama itu sendiri…Dulu saya juga begitu…

  49. ubasape Says:

    pernyataan bang heheh tdk terbantahkan…, sy ikut doakan semoga beliau semakin cerdas dg ilmu2 Allah hingga bs mencerahkan saudara2 yg lain di sekitarnya, amin ya rabb

  50. ubasape Says:

    luruskan lg niat hanya utk Allah (tegaskan sejak hr ini)

  51. Boby Says:

    Mbak ayu harus lebih dalam lagi mengkaji ilmu agama, pada dasarnya setiap agama mengajarkan setiap umatnya menuju ke arah kebajikan sebagai dasar hukum dlm menjalani dinamika hidup. Tergantung individu masing-masing. Meski kemampuan dan ilmu yang dipelajari manusia di dunia terbatas, sehingga Anda harus lebih banyak belajar dan bertanya kepada ahlinya tentang makna agama itu sendiri………ingat!!!!!setiap didunia ini ada yang menciptakan termasuk anda……….!!!!!

  52. ubasape Says:

    TIDAK BENAR KETIKA ADA YG BILANG BHW AGAMA DAPAT MEMBUAT SESEORANG MENJADI BRINGAS. ORANG MENJADI BRINGAS ITU KRN BERANGKAT DARI KEDANGKALAN MEMAHAMI TEKS KITABNYA MASING2. NAMUN PD KESEMPATAN YG BAIK INI SY INGIN MENYAMPAIKAN BHW SEBENARNYA KITAB SUCI ITU SENDIRI TDK HANYA DALAM BENTUK TEKS, TP ADALAH LAGI KITAB ALLAH YG NYATA YAITU LETAKNYA DALAM QOLBU SETIAP HAMBA (LAUH MAHFUZH. UNTUK MENGARUNGI DAN MENGEKSPLOR ISI KITAB INI, TIDAK SEMBARANG ORANG DAPAT MELAKUKAN DAN MEMETIKNYA, BUKAN KRN JABATAN DAN HARTA, TP HANYA MEMBUTUHKAN KESUCIAN QOLBU. NAH SKRG PERTANYAANNYA ADALAH BAGAIMANAKAH KONDISI QOLBU YG SUCI ITU SENDIRI PD TINGKATNYA MASING2..?? JAWABANNYA MUTLAK TIDAK LAIN ADALAH SYARI’AT….SYARI’AT….SYARIAT…, SEPENUHNYA HRS DIJALANKAN SECARA KAFFAH DAN MURNI, TERUTAMA IBADAH SHOLAT BAGI YANG MUSLIM SEBAGAI UJUNG TOMBAK (TIANG AGAMA).MUSTAHIL BAGI SIAPAPUN, TANPA MELAKSANAKAN IBADAH SHOLAT INI SECARA MURNI DAN LULUS PD TINGKATNYA, MAKA DIJAMIN TDKL AKAN PERNAH DITUNJUKKAN JALAN LURUS SEPERTI YG TERUS DIHARAPKANNYA KETIKA SETIAP KALI TERUCAP KALIMAH IHDINASSHIRAATHALMUSTAQIIM…,

    WASSALAM

    ubasape

  53. Tri rasmasari Says:

    Agama adlah pedoman hidup!!!

  54. R.Haryo Kusumo Says:

    TIDAK DIKOMENTARI KARNA TIDAK SEHAT

    memang pandangan orang beda beda menurut kajian secara ilmiah Ayu kurang sehat pemikirannya,akan tetapi karana pendapat ayu itu merupakan hak pribadi jadi itu sah sah saj namun tidak layak di siarkan ke umum. hal ini dapat menimbulkan pertentangan pikiran dan pendapat. bial dikaji pendapat Ayu itu seperti crita orang iseng dan mencari sensasi agar di Populer jdi sebaiknya tidak dikomentari saja.

  55. tutorial Says:

    Kalau kita berbicara tentang agama sedikit bayak mempunyai masalh. Coba kita pikirkan terutama agama Islam, agama Islam mengatakan bahwa agama Islam adalah agama rahmatan alami, artinya agama yg membawah rahmat utk alam ini. Tapi kenyataan skrang ini Islam seakan2 tempat sarangnya teroris bahkan yg mengatakan demikian oleh ummatnya sendiri. Manuver politik yg dikeluar oelh musuh2 Islam cukup luar biasa sehingga penganut islam itu sendiri memaki2 syariat agamanya sendiri. Artinya bahwa ummt Islam sekrang banyak yg meninggalkan ajaran agamanya sendiri, kenapa demikian karena Islam mengatur umatnya dari masuk WC sampai menjadi Pejabat mempunyai peraturan, sekarng umat Islam bayak melupakannya yg penting sama mereka keberhasilan apapun bentuknya. Tidak ada satupun agama di dunia ini yang lengkap mengatur jamahanya kecuali Islam. Islam mempunyai hukum perdata dan pidana. (bersambung, red)

  56. Santo Says:

    Banyak yg comment tapi belum baca bukunya yah, absurd.
    Saya support Ayu. Lihat realita sehari hari, perang/tawuran kebanyakan berasal dari perbedaan apa, dalam keseharian orang yang ‘dalam/expert’ agamanya, perilaku realitasnya seperti apa, dll dll dll etc etc etc
    Berangkat dari situ kita perbaiki dunia walau musykil 🙂
    Terlalu kotor dunia ini, terlalu banyak produksi topeng dunia ini.

  57. ibud Says:

    ibarat pematik api di ladang bensin. tulisan anda mampu menyulut pro kontra. Akan berbeda, jika sejak kecil, ayu mengikuti ajaran AGAMA.
    Agama bagi saya, bukan sebagai jalan baik atau buruk. tapi sebuah tujuan hidup. Saya beragama, tapi saya juga merasa lebih baik.paling tidak memiliki tujuan hidup. Kawin, kuliah, sekolah, semasa kecil. Ada yang merekatkan kebaikan. Dan itu dari Agama yang saya anut.

  58. rully Says:

    BAIK MENURUT MANUSIA BELUM TENTU BAIK DIHADAPAN TUHAN. YANG BAIK MENURUT TUNTUNAN AGAMA ALLAH TENTU DAN PASTI BAIK UNTUK MANUSIA. IKUTI AL QUR’AN DAN HADIST..KRN ITULAH YANG DI WARISKAN RASUL ALLAH UNTUK MANUSIA KE JALAN YANG BENAR.
    UNTUK AYU..SEMOGA ALLAH MEMBERI HIDAYAH KE PADAMU.

  59. ubasape Says:

    sepakat bangat dg pak rully dan pak ibud.., sukses slalu buat anda berdua, amin…

  60. ejanmuktapin Says:

    salut kepada Ayu yang telah mendobrak manusia katanya, padhaal dunia tanpa agama apalah jadinya karna agama adalah pengatur segala yang ada di muka bumi ini beserta isinya yang telah di ciptakan yang kuasa untuk mendukung kehidupan manusia itu sendiri, tapi karna kecongkakan nya manusia seperti yang kita rasakan sekarang ini kerusakan terjadi, entah itu alam juag moral manusia yang sudah tak mau lagi menerima ketentuan dari yang telah menciptakan nya yaitu ALLOH SUBHANAHU WATAALA.
    jadi kita sebagai mahluk yang tiada daya juga upaya, apakah masih mungkin kita sombong dihadapan yang maha kuasa dgn inkar dari semua aturannya yang telah disampaikan melalui alqur,an dan hadits, dan apakah kita masih ragu yang telah disampaikan para nabi dan rosul apakah kita masih tetap meyakini bahwa syariat islam itu tak pantas ditegakkan di muka bumi ini ?

  61. yulia Says:

    Sebaik-baik agama adalah menuntun umat-NYA kepada KEBAIKAN

  62. ejanmuktapin Says:

    keberhasilan kaum paganisme atau lusifer atau yahudi atau templar atau SEPILIS YA ITU , AYU, krn dlm diri ayu seakan tak ada lagi yang berkuasa selain dirinya sendiri, yang padahal sekecil apapun hewan, sekecil apapun tumbuhan, secantik apapun perempuan, sekaya apapun manusia kalau tanpa dijadikan oleh yang maha kuasa yaitu ALLOH SWT niscaya akan terjadi.

  63. niniz Says:

    Mbak ayu memang pintar, berpikiran luas, cerdas. tapi ketahuilah kepintaran manusia tidak ada apa-apanya dibandingkan ayat-ayat Allah di seluruh jagad raya ini…jadi jangan sombong jadi orang, tak ada daya upaya kecuali datangnya dari Allah SWT.

  64. firman arbi Says:

    yang hakiki, agama mengajarkan cara kepada MANUSIA yang jahat agar mereka BERTOBAT,,,,memberi petunjuk buat MANUSIA yang baik agar tidak salah jalan atau TERSESAT,,,, dan mengancam kepada MANUSIA yang pintar untuk tidak SOMBONG. Ini adalah essensi agama..buat manusia, bukan buat binatang atau pohon2. Tuhan gak butuh manusia, mau taat atau enggak, tidak akan berubah hakikat-NYA,,,manusia dan seisi dunia ini hanya “senda gurau” belaka bagiNYA

    anda tidak akan menemukan seluruh penduduk bumi ini jahat, atau semua nya baik, atau semua nya pintar. kita akan selalu menemukan 3 kombinasi ini di mana saja di muka bumi ini.

    Kalau mencari contoh pengaruh agama buat MANUSIA, cari lah orang2 “suci” yg sebenarnya. jangan jadikan satu atau beberapa sample orang jahat yg berjubah agama, terus kita judgment agamanya yang ngawur. begitu sebaliknya, ada orang yang baik tapi gak punya agama, maka kita vonis manusia gak butuh agama. That is logical error in your brain.

  65. firman arbi Says:

    Sekarang thesis yang perlu di jawab oleh mbak ayu, mungkin next novel nya:

    ” Apakah tanpa agama manusia jadi lebih baik? ”

    ^_*

  66. soleha Says:

    mbak ayu….
    belajar agama tidak cukup 1 buku saja, 1 guru saja..itu kalo belajar…lah kalo gak belajar hanya ngikutin beriata aja malah semakin gak tau apa2…
    makanya ilmu itu penting, ilmu apa? ya dua2nya..ilmu syariat yang bisa membantu kita untuk bisa menuju surga dan ilmu dunia supaya kita tidak bodoh di dunia, kan sudah dikatakan ” kejarlah duniamu seakan2 engkau akan hidup seribu tahun lagi, dan kejarlah akhiratmu seakan engkau akan mati besok”
    jika mbak ayu orang islam, satu2nya petunjuk bagi orang islam adalah Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang langsung diturunkan pada Rosul dengan perantara malaikat Jibril..jadi apa yang mau diragukan lagi dengan Al-Qur’an…
    semua sudah dijelaskan di dalamnya, dan kelemahan kita adalah enggan belajar bahasa arab makanya tidak bisa memahami makna yang terkandung dalam AL-Qur’an karena Al-Qur’an dalam bahasa arab, jadi kita hanya membaca saja, itupun kalo sempat membaca lhoo…:P
    anyway, kebaikan itu datangnya dari Allah, keburukan datangnya dari manusia.
    banyak2 bertafakkur aja tentang dari mana kita, siapa kita, apa tujuan hidup kita, dan mau kemana kita ( dalam konteks kehidupan agama lho ya..)

  67. Nina Says:

    @ tutorial (dan beberapa komentator lain): mari kita bicara bebas dan tidak mengagungkan suatu agama pun di sini (agama Anda), karena setiap agama akan mengklaim bahwa mereka lebih dari agama lain. Dan mari kita berbahasa Indonesia di forum ini karena tidak semua orang tahu apa yg Anda bicarakan kalau menggunakan bahasa lain. Negara ini terdiri dari berbagai agama, tidak cuma agama Anda.

  68. ubasape Says:

    yg saya pahami, agama dihadirkan agar terbangun peradaban manusia yg lebih lebih santun, jujur, taat norma dll. jadi ketika seseorang yg mengaku dirinya beragama tetapi dlm keseharian (tingkah-laku) masih jauh dr nilai2 tadi, maka dpt dipastikan yg bersangkutan blm cukup baik menjalankan ajaran agamanya. dalam Islam kebebasan berpendapat seperti tanggapan kt semua trhdp tulisan mba Ayu sebenarnya telah tertuang dlm Al-qur’an yaitu, Lakum-Diinukum-Waliyadiin yg saya interpretasikan bhw Allah memberikan pilihan kpd siapapun dlm berpendapat atau dlm memahami setiap apapun menurut ajaran yg dianutnya. sukses slalu buat mba Ayu dan semoga dlm setiap pemikiran dan aktifitasnya selalu bermanfaat bagi diri, keluarga, bangsa, negara dan pastinya buat agama apapun yg anda anut.

  69. saputra Says:

    sy memaklumi apa yang disampaikan oleh Ayu. karena mungkin mereka melihat realita yang ada sekarang ini dimana kekakacauan, perang saudara hanya gara-gara agama (seperti di afganistan, pakistan, india, afrika) dah pokoknya dimana-mana pasti membawa bau-bau agama. Apalagi adanya aliran-aliaran agama yang ber macam-macam sangat rawan konflik karena mereka mempertahankan kebenaran masing-masing dan kelompoknyalah yang paling benar. Inilah yang membawa pikiran mbak ayu melihat kenapa ada agama kok tidak lebih baik. jadi nggak salah juga kalau mbak ayu melontarkan pertanyaan seperti itu. Kitapun juga menyadari lihat di berita tv itu kalau perang (taliban, al qaida, al…. al….apalagi) dalihnya pasti membawa agama

  70. aa Says:

    ayumi pintar karena agama.

Leave a reply to firman arbi Cancel reply