Balibo

December 21, 2009

Ini  film versi Australia ihwal tewasnya 5 orang wartawan mereka di Balibo, Timor Leste. Kelima wartawan ini adalah reporter Greg Sachkleton, kamerawan Gary Cunningham dan penata suara Tony Stewart, mereka bekerja untuk Channel  7 yang berkedudukan di Melbourne. Sedangkan 2  wartawan lainnya  adalah reporter Malcolm Rennie dan kamerawan  Brian Peters yang berkerja untuk stasion Channel 9. Kedua TV ini adalah Televisi swasta di Australia yang bersaing dalam hal pemberitaan. Sebelum mereka masuk  Di film ini sempat juga di singung adanya wartawan dari ABC ( stasion milik pemerintah Australia ) yang sempat berada di Dili.

Film ini mengambil angel cerita Juliana, anak seorang pengurus Hotel Tourismo tempat para wartawan menginap.  Juliana menceritakan  Roger East seorang wartawan senior Australia. Roger masuk ke Timor Leste setelah dibujuk oleh Jose Ramos Horta, Menteri Luar Negeri  Republik Demokratik Timor Leste. Awalnya Roger di minta untuk  menyuarakan  nasib rakyat Timor Leste  ke dunia internasional.  Tapi kemudian pertemuan kedua orang ini di Darwin pada bulan Desember 1975 juga menghasilkan kesepakatan  mencari 5 orang wartawan  yang hilang pada bulan Oktober 1975. Read the rest of this entry »

The Lost Symbol

October 9, 2009

symbol

Miko Toro

Sebetulnya, Lost Symbol tidak masuk dalam daftar buku, yang akan saya baca dalam waktu dekat. Tapi, seorang wanita yang telah mencuri hati saya tiba-tiba memberi tahu, “Mungkin kamu tertarik dengan Lost Symbol. Ada unsur ilmiah bercampur mistis di dalamnya…”

Oh ya?

Terlepas dari ketertarikan saya pada si pemberi rekomendasi, saya memang suka hal-hal berbau mistis ilmiah. Bagi saya, hal-hal itu adalah final frontier. Harus dijelajahi. Jadi, saya langsung beli buku itu.

Jalan cerita Lost Symbol, tentu tidak akan saya ceritakan disini, agar kenikmatan Anda membaca nantinya, tidak berkurang. Hanya, sebagai perkenalan akan isinya: Lost Symbol tidak jauh beda dengan karya-karya Dan Brown sebelumnya. Penuh ketegangan. Diselang-seling aneka kejutan. Khusus Lost Symbol, itu semua bercampur dengan berbagai informasi menarik tentang sejarah Amerika Serikat, kota Washington DC, organisasi setengah rahasia Freemasonry dan Noetic Sciences

Read the rest of this entry »

Bom untuk AS Memang Sah

September 13, 2009

klubbuku Miko Toro

“Jihad, adalah amalan dengan martabat tertinggi dalam Islam. Lebih tinggi daripada salat dan puasa,” kata Muhammad Iqbal alias Abu Muhammad Jibriel, di Kantor SCTV, Rabu (9/9) silam.

Akhir-akhir ini, nama Abu Jibriel sering disebut media massa Indonesia. Maklum, Putra Abu Jibriel, Muhammad Jibriel Abdulrahman alias Muhammad Ricky Ardan, ditetapkan polisi sebagai tersangka teroris, terkait pengeboman Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton pada 17 Juli 2009.

Abu Jibriel datang ke Kantor SCTV untuk ngobrol atas undangan Klub Buku dan Film SCTV. Rombongan Abu Jibriel disambut jajaran Redaksi Liputan 6. Sambil mengutarakan pandangannya tentang jihad, Abu Jibriel membagikan buku karyanya berjudul Syubhat-Syubhat (Kerancuan) Seputar Jihad.

Abu Jibriel menegaskan, penegakan Islam tidak bisa lepas dari jihad. Pelaku jihad telah dijanjikan pahala besar berlipat ganda, dan dijamin masuk surga.

Abu Jibriel menilai, ada konspirasi internasional yang dipimpin Amerika Serikat untuk menghancurkan Islam, termasuk Islam di Indonesia. AS dan sekutunya adalah teroris yang sesungguhnya. AS memerangi Islam dengan berbagai cara, termasuk dengan menyebarkan fitnah bahwa jihad itu buruk.

Bagi Abu Jibriel, suatu jihad, apapun bentuknya, tidak mungkin buruk. Karena jihad adalah jalan Islam.

Read the rest of this entry »

Al Chaidar: “Ini Bukan Pengajian Biasa, Tapi Korporasi Jihad yang Mencengangkan”

August 28, 2009

Cover_NII_Antara Fitnah dan RealitaJihad tak harus selalu diurus dengan  muka serius dan urat tegang.  Dia bisa lucu dan jenaka karena bagi mereka : jihad adalah juga wisata umat, yang di dalamnya, terkadang, ada banyak pernikahan.

Dua belas tahun lalu, Al Chaidar sedang menyiapkan tesis akhirnya di Jurusan Antropologi. Dosennya, Profesor Parsudi Suparlan Almarhum, waktu itu meminta tiap mahasiswanya meneliti suku terasing.  Sebagai orang Aceh, Chaidar berpikir meneliti suku sendiri, yang kemudian urung karena melihat Aceh sudah sangat kosmopolit.

Dalam pencariannya, Chaidar bertemu dengan sebuah kelompok kecil di Musholla Fisip UI, yang belakangan dikenal adalah bagian dari kelompok Darul Islam.   Kelompok tersebut dikenal inferior. Beberapa temannya sempat mengingatkannya agar tidak berteman apalagi mengikuti kegiatan kelompok tersebut.  Tapi, penelitian mengharuskannya terlibat jauh.  “Ini kelompok DI/NII, saya berkenalan dengan mereka dan sempat ikut ke Afghanistan dan Mindanao untuk menulis dan meneliti.”

Yang terkejut dengan hasil penelitiannya adalah Profesor Parsudi. “Mereka akan jadi teroris,” kata Parsudi waktu itu. Konsep dan pemikiran kelompok tersebut tentang negara, target dan cara mereka mencapai tujuan itu, menjadi patokan kesimpulan itu.  Mereka bukan sekadar gerakan tapi sebuah aktifivitas radikal.  Yang paling mengejutkan adalah mereka begitu mudahnya menilai nyawa mereka dan juga “lawan”nya sebagai sesuatu yang murah. Read the rest of this entry »

Ayu Utami: “Kenapa Agama Tak Membuat Orang Lebih Baik?”

August 7, 2009

Bilangan FuPerempuan ini melihat moralitas berlebihan, bahkan sampai ke soal bahasa. Karena itu, novelnya ingin mendobrak tiga hal: seks, kegilaan, dan agama.

Ayu Utami, novelis yang sudah menelurkan tiga novel tersebut menemukan benang merah itu pada tiga novelnya. “Ternyata, tulisanku selalu bicara tentang tiga hal itu. Seks, kegilaan, dan agama.” Ayu, Rabu (5/8) siang, ada SCTV. Dia datang atas undangan Klub Buku dan Film SCTV, yang ingin mendengar dari Ayu sendiri, soal pikiran, renungan, dan proses kreatif ketiga novelnya.

Saman, yang diluncurkan pada 1998 sempat membuat heboh dunia sastra Indonesia. Di novel itu, Ayu dianggap terlalu berani. Dia mendobrak norma dan bicara hal yang masih tabu bagi sebagian besar orang Indonesia. Di novel itu, Ayu Utami bicara amat terbuka soal seks. Tak hanya berhenti di situ. Ayu masih terus menggebrak kemapanan di novel berikutnya, Larung dan Bilangan Fu. Read the rest of this entry »

Garuda di Dadaku

June 30, 2009

Leanika Tanjunggaruda1

Ini film anak-anak loh…

Pertama kali mendengar judulnya, aku bilang ke temanku film apa ya itu. Judulnya terlalu berat, sepertinya tidak layak tonton, apalagi diliput. “Ini tentang anak kecil yang punya ambisi besar jadi pemain sepak bola,” jawabnya.

Aku mulai tertarik. “Anak itu harus melakukan berbagai cara agar bisa masuk tim nasional karena ditentang kakeknya,” lanjutnya.

Hhmmm … Aku makin tertarik. Aku penasaran bagaimana seorang sutradara Indonesia memfilmkan sebuah ambisi, sebuah motivasi dan keinginan. Aku teringat film Iran, Children of Heaven, yang bercerita tentang seorang anak di Iran, yang saking miskinnya, harus berganti sepatu dengan adiknya, tiap kali ke sekolah.

Ambisinya sederhana : punya sepatu. Ali, sang kakak, divisualkan sutradara film ini Majid Majidi berlatih keras agar bisa mengikuti pertandingan lari. Juara pertama tak diincarnya, karena hadiah kedua lebih menarik : sepasang sepatu. Majid berhasil membuat sebuah film sederhana yang menyentuh, tidak cengeng dan juga tidak minta dikasihani.

Read the rest of this entry »

Battle In Seattle; Menggempur Pasar Bebas di Kandang Kapitalisme

June 29, 2009

images1

Rahman Andi Mangussara

“…Perdagangan bebas dan hubungan seksual bebas akan lebih berguna ketimbang cara lain dalam mengembangkan peradaban…”

James Wilson, seorang pendukung setia perdagangan bebas di Inggris, mengatakan kutipan di atas pada tahun 1843. Begitu kuatnya kepercayaan Wilson akan argumen Adam Smith tentang perdagangan bebas, ia pun menerbitkan majalan The Economist yang didedikasikan untuk perdagangan dan pasar bebas. Dari Inggris, setelah negara ini siap betul bertarung di pasar bebas, perdagangan bebas dikumandangkan ke seantero bumi.

Kini, kata-kata Wilson itu seperti menemukan bentuknya yang paling nyata. Bukan hubungan seksual bebasnya yang saya maksud  (tidak jelas kenapa Wilson mengatakan hubungan seksual bebas dalam satu tarikan nafas dengan perdagangan bebas) melainkan perdagangan dan pasar bebasnya yang nyaris tak terbendung.  Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) bersama dua lembaga yang dibentuk setelah perang dunia ke dua: Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia — yang oleh penentangnya sering diolok-olok sebagai trinitas tak suci — bersama-sama mempromosikan perdagangan dan pasar bebas. Hasilnya, ya.. itu tadi, hampir tak terbendung. Bahkan negara atau organisasi pemerintah yang relatif kuat sekali pun tak berkutik dibuatnya. Siapa yang tak mengikuti garis yang dibuat oleh tiga lembaga tadi dianggap sebagai lawan yang harus dimusuhi.

Read the rest of this entry »

Dari Bedah Buku SBY versus JK

May 22, 2009

Bedah buku dua calon presiden yang diselenggarakan Klub Buku dan Film SCTV, Selasa 19 Mei 2009 kebanjiran peminat. Kami, yang tadinya mempersiapkan tempat duduk untuk sekitar 50 orang di dalam ruangan yangtak terlalu luas di Hotel Sultan, terpakasa menambah tempat duduk, itu pun belum mencukupi sehingga sebagian lagi terpaksa berdiri. Buku yang kami bedah adalah Buku SBY yang ditulis juru bicaranya, Dino Pati Djalal dan buku JK, Hanya dengan Kerja Keras, Catatan Seorang Wakil Presiden yang ditulis sejumlah wartawan senior. Editor buku ini adalah Budi Kusumah, seorang wartawan senior jadi pembicara bersama Dino Pati Djalal.

Read the rest of this entry »

Berapa Harga Sebuah Perang? Tak Dapat Dihitung

April 7, 2009

3-triliunPerang US$3 Triliun:Bencana Ekonomi di Balik Invasi AS ke Irak

Penulis : Joseph Stiglitz dan Linda Bilmes

Penerbit :Mizan 2009

Halaman 272

Oleh Raymon Kaya

Ada berbagai motif Amerika akhirnya menyerbu masuk ke Irak. Yang terungkap adalah motif keamanan atau security, dimana Amerika menuduh Irak menyimpang senjata pemusnah masal. Hingga kini tudingan Amerika Serikat ini tidak terbukti. Motif lainnya adalah Prestise Amerika, setelah tragedi 11 September maka Amerika ingin menunjukan kembali prestisenya sebagai Globo Cop yang mampu mengatasi masalah terorisme dengan menyerang Negara yang dianggap sebagai basis terorisme . Motif idiologi yang menjadi pertimbangan penting , dimana buku-buku, Brzezinski , Hutington dan Fukuyama mendoktrin Amerika menjadi satu-satunya barometer demokrasi serta menjadikan “ Islam Fundamentalis “ sebagai musuh bersama.

Read the rest of this entry »

Dari Radikalisme Menuju Sufisme

March 19, 2009

matinya

Judul: Matinya Semangat Jihad, Catatan Perjalanan Seorang Islamis

Pengarang: Ed Husain

Penerbit: Alvabet

Jumlah Halaman: 389+X

Billy Soemawisastra

Ed Husain, adalah seorang pemuda keturunan India-Bangladesh, yang lahir di London pada penghujung 70-an. Keluarganya tergolong Muslim yang taat. Sejak kecil ia berguru pada seorang ulama Islam tradisional, yang ia anggap kakeknya sendiri. Ulama yang konon masih merupakan keturunan para Habaib dari Yaman. Sebagaimana umumnya anak-anak yang dibesarkan di tengah keluarga Muslim tradisional, Ed Husain, atau Mohamed Mahbub Husain, sejak kecil mendapat pelajaran mengaji Al-Quran, beribadah shalat fardlu dan sunat, diajari untuk selalu taat pada orangtua dan mengembangkan toleransi terhadap umat beragama lainnya.

Read the rest of this entry »